Aksi kekerasan yang terjadi akhir – akhir ini di Aceh tergolong terorganisir, terencana dan sistematis. Hal ini terlihat dari setiap aksi kekerasan bersenjata sangat rapi modus operandinya.
Penembakan di Ulee Kareng, Bireuen, Aceh Utara dan Aneuk Galong modelnya sama. Ini tentu menimbulkan persepsi bahwa penembakan di aceh bukanlah suatu aksi kriminal murni melainkan ada konspirasi di balik rangkaian aksi kekerasan bersenjata di Aceh.
Tak bisa dipungkiri, kekerasan di aceh saat ini bukan lagi katagori kriminal biasa, tetapi sudah ada mafia konflik yang sedang mengobok–obok aceh/mengadu domba untuk kepentingan tertentu.
Motif kekerasan terjadi saat ini hampir sama ketika aceh masih dilanda konflik beberapa tahun silam, dimana sasaran penembakan juga yang menjadi korban adalah suku jawa. Sekarang motif yang sama kembali dipraktekkan di Aceh, seolah–olah aceh ingin dicitrakan bermusuhan dengan etnis lain, khususnya suku jawa. Ini benar–benar praktek politik fasisme yang di pertontonkan pada masyarakat, padahal belum tentu pelakunya adalah kelompok yang sedang bertikai.
Saat ini, aceh sedang dilanda konflik regulasi pilkada. Ada kubu yang sedang meminta aceh ditunda dan ada juga yang meminta tetap dilanjutkan. Seolah–olah sedang ada penggiringan opini bahwa yang melakukan ini adalah pihak yang terlibat dalam konflik regulasi pilkada.
Tragedi demi tragedi yg terjadi tidaklah mencerminkan kriminal murni atau faktor kecemburuan sosial seperti diungkapkan oleh Menkopolhukan Joko Suyanto. Kalau kesimpulannya hanya sebatas kecemburuan sosial, kenapa kejadiannya sangat sistematis dan terencana dengan matang.
Pelakunya kelihatan bukan satu orang, tetapi memiliki beberapa kelompok yang dengan mudah berpindah satu tempat ketempat yang lain. Bukankah ini membuktikan kekerasan di Aceh terskenario dan terencanakan? Bahkan sangat mencurigakan kalau aksi ala koboy ini dilakukan oleh orang–orang yang sangat terlatih dan punya ketrampilan khusus.
Oleh karenanya, saya ingin tegaskan bahwa kekerasan bersenjata sekarang bukan motif kecemburuan sosial, tetapi ini ada konspirasi tertentu untuk menggiring aceh ke dalam konflik SARA.