Abu Nawàh Kageugröp, Kageugröp Kakeuh....

Menggali informasi dan mencoba untuk berbagi

  • Home
  • About
  • Blogger
  • LiNk
Home » Opini » Politik » Mewaspadai Politik Instan

13 September, 2011

Mewaspadai Politik Instan

Written by Risman A. Rahman

 "Siapa yang menguasai pemilih dialah yang akan menjadi pemenang."


Mungkin, jargon itulah yang mendorong semua pihak yang ingin berkuasa untuk membangun mesin politik yang besar, kuat, tapi lincah. Sayangnya, itu bukan pekerjaan gampang dan mudah. Dibutuhkan waktu yang panjang dan usaha jatuh bangun untuk bisa mewujudkannya. 


Mungkin ada yang berpikir, semua itu bisa diwujudkan dengan uang. Tinggal lakukan rekrutmen besar-besaran maka mesin politik segera dibentuk.

Mungkin juga ada yang mencoba membangunnya dengan pengaruh kekuasaan yang sedang ada di tangan. Tinggal kumpulkan orang dan kasih perintah maka terwujudlah mesin politik yang terstruktur, didukung SOP, dan dokumen pendukung lainnya.

Di atas kertas bisa jadi mesin politik yang terbentuk tampak indah, bagus dan ideal. Sayangnya, keraguan akan segera hadir kala mesin itu digerakkan. Sangat rapuh, labil, dan sulit diharapkan meski suara mesinnya "bening atau garang."

Mesin-mesin politik itu ternyata lebih banyak duduk-duduk di warung kopi untuk melatih kemampuan orasinya ketimbang berkerja di basis-basis suara. Lebih condong duduk-duduk dengan sesama tim sukses ketimbang menyebar mengetuk pintu ke pintu membangun pengertian.

Ujung-ujungnya adalah menerapkan strategi belanja iklan di media dan belanja iklan publik untuk disebarkan ke daerah. Jika ini pekerjaan utama tim sukses maka kandidat tidak perlu bersusah payah membentuk tim sukses. Sebutkan apa yang dimaui, sediakan duit, maka semua bisa ada. Termasuk menyediakan visi misi serta dokumen program strategis.

Politik Instan
Sayangnya, ini periode yang sedang condong ke politik instan. Semua serba pingin cepat. Termasuk pingin cepat menjadi penguasa, minimal bisa dekat dengan penguasa. Jadi, sangat mungkin lahirnya strategi pemenangan instan pula.

Strategi ini di permukaan memang terlihat biasa saja. Tapi, inilah strategi yang murah tapi hasilnya bisa menakjubkan dan bila cerdik dalam mengelola sangat berpeluang jadi pemenang. Karena itu strategi ini juga disebut strategi murahan. Kadang, jika bisa mengungkap apa yang terjadi dibelakang layar akan terlihat kelicikannya.  Jadi, waspadalah!

Strategi menang instan ini bertolak dari dua kesadaran politik berikut:

1. Mesin politik itu tidak cukup dibangun dengan dukungan uang dan pengaruh. Mesin politik adalah multirangkaian yang melibatkan semua unsur, termasuk jalinan emosional (psikologi). Jadi tidak mudah dibangun secara "abrakadabra."

2. Belanja iklan media sebesar apapun akan sia-sia jika pihak lawan sangat menguasai wilayah pemilih dan teritori psikologi massa. Jadi, tidak mudah untuk bertarung di tatataran media massa, media publik dan bahkan media tradisional. 

Dua kesadaran itulah yang sangat mungkin mendorong para pelaku politik instan meraih kemenangan dengan 3 langkah berikut yang kelihatannya biasa saja tapi sangat berbahaya dalam ranah kesejatian demokrasi:

1. "Pengantin" Politik.  Daripada membangun mesin politik yang hanya sekedar bersifat struktur bayangan lebih bagus memastikan adanya "pengantin" politik, yakni orang atau kelompok yang bisa diarahkan untuk menjadi faktor pemicu peristiwa yang membangkitkan sentimen negatif publik. Peristiwa ideal adalah kejadian yang menempatkan pihak lawan sebagai aktor utama atau pelaku tertuduh.

2. Kuasai Informasi. Daripada menghabiskan biaya besar untuk belanja iklan dan belum tentu bisa mengalahkan pihak lawan yang juga menggunakan pendekatan yang sama maka lebih baik menguasai informasi untuk menindaklanjuti langkah pertama. Cukup dengan menguasai "pegawai" media dan "jurnalis instan" maka peristiwa yang dipicu tadi bisa menjadi informasi yang strategis dan bisa digunakan sebagai "senjata politik."

Hanya dengan dua pendekatan tersebut maka kegiatan-kegiatan kampanye media dan kampanye publik serta penggalangan massa bisa diminimalisir. Penggalangan massa juga tidak akan efektif manakala pihak lawan juga memiliki kemampuan untuk melakukan penggalangan massa. 

Mengapa? Dengan adanya sentimen publik negatif terhadap pihak lawan maka akan terbentuk grup-grup yang secara politik akan "berjarak" dengan pihak yang selama ini kuat. Langkah ini otomatis akan menahan sifat dasar orang banyak yang cenderung ingin berdekatan dengan kelompok yang kuat. Jadi kuncinya adalah melakukan penghancuran kredibilitas pihak lawan melalui perilaku mereka sendiri yang dihasilkan dari kerja-kerja para "pengantin" politik.

Dalam kamus strategi politik instan peristiwa bukanlah yang penting. Informasilah yang lebih penting. Bisa jadi para "pengantin" politik tidak melakukan suatu tindakan yang diarahkan oleh investor politik utama. Bisa jadi itu hasil dari karakter diri yang tersugesti secara politik. Inilah yang diharapkan oleh investor politik instan agar terhindar dari jerat hukum dan terbebas pula dari jerat politik.

Apapun dasar pendorong tindakannya sejauh itu melibatkan pihak lawan sebagai aktor dalam kejadian maka bagaimana menstrukturkan informasi pertama dan berikutnya menjadi lebih utama. Disinilah kunci berikutnya. 

Sebab, struktur informasi yang bisa dihasilkan dari "pegawai" media dan "jurnalis instan" inilah yang menghasilkan apa yang tadi disebut dengan sentimen publik negatif. Karena sifat informasi yang sangat kuat pengaruhnya sudah pasti besar peluang untuk mewujudkannya. Jargon yang dipegang adalah "siapa yang menguasai informasi dialah yang menang."

Selanjutnya, jika pengendalian informasi pertama bisa dilakukan maka kerja-kerja pengendalian informasi berikutnya tidak perlu dilakukan lagi. Media dengan kerja profesionalnya akan terikut dengan dinamika publik yang umumnya tergerak untuk ikut ambil bagian dalam komunikasi massa. 

Meski begitu, para politikus instan melalui "vote getter"nya akan mendorong jalinan komunikasi dan hubungan guna memastikan dinamika politik terkait peristiwa untuk tidak terlalu cepat berakhir sebelum ada peristiwa pemicu baru. Jika pun habis, melalui media sosial ingatan dan emosi publik bisa terus dimainkan.

Sementara itu, panen politik sudah akan dilakukan oleh investor politik, minimal melalui statement dan pertemuan-pertemuan silahturahmi politik. Atau, minimal untuk mengatakan "njan ci kaloen" sambil memiringkan bibir ke atas.

Di atas permukaan tidak ada yang aneh dengan pendekatan strategi politik instan. Jadi akan aman sejauh "pengantin" politik dan mereka yang berkerja di media tidak menyadari bahwa mereka sudah dijadikan kuda tunggangan baik dari dalam oleh kapital bisnis di media maupun oleh kelemahan landasan jurnalisme di diri sendiri atau oleh kelemahan-kelemahan kehidupan lainnya, seperti kebutuhan akan uang dan kebutuhan untuk lompat karir dari pekerja media menjadi penguasa atau menjadi orang dekat dengan penguasa.

Di tengah zaman politik yang mengarah ke instan dan ditengah zaman yang semakin sulit secara ekonomi serta ditengah zaman yang tidak ada kepastian dalam membangun kehidupan menjadi sangat sulit untuk mencegah agar tidak ada pihak yang menerapkan politik instan dalam meraih kekuasaan.

Untuk itu, menyediakan informasi yang bisa menjadi bahan renungan, kajian, dan peringatan menjadi hal yang bisa dilakukan karena pada akhirnya semua berpulang kepada diri sendiri. Kesadaran dirilah yang akan membimbing setiap diri untuk menjadi seperti apa.

Kita berharap moga saja kesadaran diri ini akan mendorong terbangunnya kesadaran umum sehingga lebih mudah untuk mewujudkan politik yang beretika, yang dibangun dengan melewati ujian-ujian politik sehingga kala berkuasa betul-betul diperuntukkan bagi mewujudkan kemakmuran rakyat yang telah memberi kepercayaan kepada sang pemimpin.

Mari menguasai hati rakyat dan siapa yang berhasil membangun tahta cinta di hati rakyat dialah yang akan menjadi pemimpin sejati, pemimpin yang dirindui oleh semua, termasuk oleh lawan-lawan politiknya. Terakhir, waspadalah. Semoga.

(Opini ini dimuat dalam harian aceh edisi 13 September 2011)

f
Share
t
Tweet
g +
Share
?
Unknown
9/13/2011
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Find Us :

Postingan Populer

  • 67 Ribu Honorer Akan Ditelisik Ulang Karena Diduga Banyak Yang Siluman
    Pemerintah tidak punya perencanaan yang matang terkait rencana pengangkatan tenaga honorer tercecer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS...
  • Syariat dalam Sandera Kontes Maksiat
    Oleh Ahmad Arif Tanpa kita sadari, ternyata empat orang wanita yang mengikuti audisi untuk menjadi salah satu peserta pemilihan Miss Indones...
  • Pengurus dan Kader PA Diminta Bersatu
    BANDA ACEH - Segenap pengurus, para kader dan simpatisan Partai Aceh (PA), serta Komite Peralihan Aceh (KPA) dan jajarannya diminta untuk b...
  • Independen VS Partai Lokal
    (writen by : www.atjehpost.com) Lima tahun lalu, Aceh mendobrak yang mustahil di Indonesia. Damai setelah perang, istimewa diberikan kepada ...
  • Biaya Rokok Kalahkan Biaya Kesehatan
    BANDA ACEH - Hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Lhokseumawe mengungkapkan bahwa biaya pengeluaran warga di daerah ...
  • Demi Atjeh Bak Mata Donja
    Written by TABLOID BERANDA | GAFFIN Alhamdulillah, walaupun Pak Cek, sudah  melanglang buana ke berbagai negara, tapi akhirnya...
  • Pelaksanaan PBJ Mendahului Penetapan APBD
    Surat Edaran Bersama (SEB) antara Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dengan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah KPP) No...
  • E-Proc wajib 100% untuk K/L/D/I pada Tahun 2013
    Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Inpres terbaru yaitu Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi ...
  • Yahudi dan Talmud
    Salah satu buku yang lumayan bagus untuk menelusuri apa itu Talmud adalah buku “Talmud, Kitab Hitam Yahudi Yang Menggemparkan” (Judul asli ...
  • Sosok pemimpin Tanoh Endatu...???
    (By : Ezzedin Al-Qassam)  Pro kontra mengenai pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Aceh, terjawab sudah. Komisi Pemilihan Umum Pusat memer...

Blog Archive

  • 2018 (1)
    • November (1)
  • 2017 (1)
    • Januari (1)
  • 2016 (7)
    • November (1)
    • Oktober (2)
    • Agustus (1)
    • Maret (3)
  • 2015 (3)
    • April (1)
    • Februari (1)
    • Januari (1)
  • 2014 (4)
    • September (1)
    • Mei (2)
    • Februari (1)
  • 2013 (4)
    • Desember (1)
    • Maret (2)
    • Januari (1)
  • 2012 (14)
    • Desember (2)
    • Agustus (1)
    • Juni (1)
    • April (2)
    • Maret (1)
    • Februari (3)
    • Januari (4)
  • 2011 (47)
    • Desember (2)
    • November (3)
    • Oktober (2)
    • September (6)
      • Harapan untuk Pilkada Aceh 2011
      • PPS Gampong Tumpok Teungoh tetapkan Daftar Pemilih...
      • Menjaga Kedamaian Aceh Menjelang Pemilukada Aceh 2...
      • Pilkada Aceh Tanpa Kekerasan
      • Mewaspadai Politik Instan
      • Kritisi Kebijakan Moratorium PNS
    • Agustus (1)
    • Juli (8)
    • Juni (17)
    • Mei (1)
    • April (2)
    • Maret (5)

Kategori

  • Aceh
  • Aceh News
  • Hukum
  • Islam
  • Kepegawaian
  • Opini
  • Pengadaan Barang dan Jasa
  • Pilkada
  • Politik
  • Umum
Copyright 2013 Abu Nawàh Kageugröp, Kageugröp Kakeuh.... - All Rights Reserved
Template by Ezzedin Al-Qassam - Powered by Blogger